Bukan Tugas Sederhana

Oleh Ryandhika Fauzan M / 1103134338

Hari itu menyisakan kurang dari 24 jam lagi untuk pengumpulan tugas. Indra dan sebagian besar teman-temannya belum mengumpulkan tugas tersebut. Wajar memang, tugas yang diberikan memang tidak sederhana. Tugas yang dimaksud adalah tugas pemrograman yang menjadi momok hampir setiap mahasiswa tingkat satu. Tugas yang mungkin saja hanya bisa dikerjakan oleh mahasiswa yang sebelumnya menempuh pendidikan SMK atau sudah mempelajari pemrograman secara mandiri ketika SMA.

Sebenarnya tugas sudah diberikan sejak masa UTS selesai. Namun, hingga kini Indra masih kesulitan dalam mengerjakannya. Indra ini bukannya tidak mengerti segudang materi yang telah diberikan oleh dosennya di dalam kelas. Jika berkaitan dengan hal-hal teori mengenai materi pemrograman pasti dia telah menjadi salah satu yang terbaik. Sayangnya teori yang dia kuasai entah mengapa sulit diterjemahkan dalam praktik. Tugas yang dikerjakan olehnya telah mencapai tidak lebih dari 50%. Kesal, bingung, sulit, gelisah telah melebur menjadi satu dalam diri Indra.

Jarum panjang dan pendek pada jam telah menunjukkan angka 12 yang menandakan waktu pengumpulan menyisakan 12 jam lagi. Indra memesan makan siang melalui telepon, hal ini dia lakukan sehingga tidak membuang waktu percuma untuk mengerjakan tugasnya yang belum tuntas. Tidak sampai setengah jam makan siang yang di pesan telah sampai. Langsung saja Indra melahapnya hingga habis  tak tersisa.  Tak lama kemudian terdapat pesan pada telepon genggamnya. Pesan itu ternyata dari teman kelasnya yang mengirimkan sebuah fail  dengan nama TUGAS PEMROGRAMAN TUNTAS  di grup kelas. Langsung saja dia membuka grup kelas dan mengunduk fail tersebut di komputer jinjing yang dia nyalakan sedari pagi.

Lebih lanjut, dia membuka fail tersebut yang ternyata adalah tugas milik Dirga, temannnya yang tadi mengirimkan fail di grup kelas. Tugas milik Dirga memang sempurna, tidak ada kesalahan apapun. Dirga menulis pesan kembali di grup kelas yang isinya “Silahkan di pakai siapa tahu butuh, oh iya jangan lupa diganti namanya sama diubah dikit.” Di dalam diri Indra jadi lega karena telah mendapatkan sesuatu yang diperlukan olehnya. Namun,  di satu sisi Indra ragu. Tidak hanya karena ada pemberitahuan jika plagiarisme akan di beri nilai E.  Akan tetapi Indra juga sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa tidak akan melakukan tindakan kecurangan dalam bentuk apapun setelah memasuki jenjang kuliah. Jadilah Indra bimbang akan hal ini.

Indra yang masih dalam kebimbangan melihat kembali grup kelas di telepon genggam miliknya. Ternyata hampir semua teman kelasnya berterima kasih kepada Dirga karena telah mengirimkan tugasnya kepada semua. Hampir semua sepertinya telah menyerah karena tugas yang berat ini. Karena itu juga mereka lebih memilih menggunakan tugas yang telah dikirimkan oleh Dirga. Indra juga ingin menggunakannya untuk menuntaskan tugas  yang sudah menguras pikiran dan waktu ini tapi tetap saja ada keraguan dalam melakukannya. Kali ini Indra harus melawan pikirannya sendiri. Tetap dengan komitmen yang telah di buat atau harus menyerah dengan melakukan tindakan kecurangan.

Tidak terasa jam telah menunjukkan angka tiga, Indra masih saja bertarung dengan diri sendiri, entah kapan selesainya. Di satu sisi, waktu terus saja mendekat tanpa mengenal istirahat. Indra yang tampak lelah dengan mata yang begitu berat, mulut yang tidak henti-hentinya menguap tanpa sadar telah membuat Indra tertidur di atas meja.

Lama Indra tertidur hingga dia terbangun, dia langsung loncat dari kursinya karena dia tau sudah kehilangan banyak waktu. Langsung saja dia mencari letak jamnya, ketika sudah menemukannya jam telah menunjukkan pukul 7. Indra yang masih setengah sadar langsung segar karena itu. Hujan deras yang turun pada malam itu seperti tak terdengar oleh Indra.

Dia juga harus menentukan apakah akan melakukan kecurangan atau tidak. Namun, seperti sudah mendapatkan sesuatu yang hilang dalam dirinya. Indra memutuskan untuk tidak melanggar janji yang telah dibuat, dia ingin tetap menjaga komitmen pada dirinya sendiri.  Walaupun Indra tahu dia tidak akan bisa menyelesaikan tugasnya dengan sempurna tetap saja dia ingin tetap jujur.

Dengan keyakinan yang sudah dia tetapkan, Indra melanjutkan tugas sudah tertunda  begitu lama. Mencoba mencari petunjuk dengan membuka buka buku mengenai pemograman, membuka halaman demi halaman. Tak henti di buku saja, dia juga berselancar di Google, mencari cara memcahkan sebuah tugas paling sulit yang pernah dikerjakan olehnya. Setelah mencoba mengerjakan tugasnya hingga jam 10 malam. Indra tetap tidak menyelesaikan tugasnya, buntu pikirnya. Karena sudah tidak mendapatkan apa yang dia perlukan, Indra memutuskan mengumpulkan tugasnya yang tidak lebih dari 70% selesai melaui surat elektronik kepada dosennya.  Apa yang akan terjadi dengan tugasnya atau berapa nilai yang akan diberikan oleh dosenya, sudah tidak dipikirkan lagi olehnya, paling penting mengumpulkan tugas dan lakukan dengan tanpa aksi curang.

Dua hari setelah hari minggu panjang itu, kelas Indra ada jadwal kelas pemrograman. Indra dan teman-temannya datang ke kelas seperti biasa, tidak ada yang istimewa. Tidak lama kemudian Pak Dani, dosen pemrograman kelas Indra masuk ke dalam ruang kelas. Perkuliahan yang biasa langsung di mulai oleh Pak Dani setelah beliau masuk tidak dilakukannya. Pak Dani dengan wajah yang amat merah hingga ke ubun-ubun, mata yang seperti ingin keluar dari tempatnya. Langsung marah besar terhadap para mahasiswanya. Suasana yang sebelumnya tenang berubah menjadi tegang. Pak Dani marah karena melihat jawaban tugas pemrograman banyak sekali yang sama, ini menandakan tidak sedikit mahasiswanya yang melakukan tindak plagiarisme. Pak Dani tidak hanya marah tapi terlihat jelas dari wajahnya bahwa dia juga kecewa dan sedih akan hal ini.

Pak Dani menyebutkan nama-nama yang dicurigai melakukan tindakan kecurangan ini. Lebih dari setengah mahasiswa dari kelas Indra yang disebutkan namanya oleh Pak Dani. Tentu saja nama Indra tidak disebut. Indra lega bukan main namanya tidak menjadi salah satu yang dicurigai. Walaupun Indra tidak memakai tugas Dirga untuk mengerjakan tugasnya tetap saja dia ketakutan karena suasana berat yang telah terjadi di dalam kelas. Pak Dani menyuruh mereka yang namanya telah disebut, untuk mengerjakan tugas tambahan. Tugasnya adalah membuat sebuah artikel ilmiah tentang pemrograman dan harus dikumpulkan hari itu juga dengan batas waktu jam sepuluh malam. Jika melewati batas waktu yang telah ditetapkan mahasiswa belum mengumpulkan tugas tersebut maka mahasiswa bersangkutan akan mendapat nilai akhir E. Sedangkan bagi mahasiswa yang mengumpulkan tugas sebelum jam sepuluh, nilai akhir paling tinggi yang akan didapatkan adalah C.

Indra sangat bersyukur telah mengerjakan tugas pemrograman dengan kemampuannya sendiri sehingga tidak perlu melakukan tugas tambahan dan tidak berakhir dengan nilai kurang memuaskan.  Dia memperhatikan sekeliling kelas, dia melihat kelasnya seperti terbagi dua wajah, satu wajah kelegaan yang lainnya wajah penyesalan.

Semester itu akhirnya usai. Nilai akhir perkuliahan sudah bisa dilihat. Indra tanpa pikir panjang langsung melihat nilai akhir pemrograman karena hanya mata kuliah itu saja yang mengusik Indra sejak tugas itu. Indra nampak bahagia karena dia mendapat nilai B untuk mata kuliah pemrograman. Dia kemudian teringat tugas pemrograman yang sulit itu. Jika saja dia menggunakan tugas dari Dirga pasti nilai yang didapatkan lebih rendah dari yang nilai sekarang.

Sejak hari itu Indra makin menguatkan komitmen yang telah dia buat dan menuliskan sebuah kalimat pada kertas putih berukuran sedang. Kalimat yang tertulis adalah kecurangan dengan alasan apapun tidak dibenarkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *